CIANJUR NEWS – Di sebuah gang sempit di belakang sekolah, bangunan-bangunan bedeng berjajar rapat. Dinding tipis memisahkan satu ruangan dengan yang lain, nyaris tanpa sekat dari suara dan hiruk-pikuk luar. Di balik tembok sederhana itulah, tawa kecil terdengar lirih. Di situlah Haifa (10) dan teman-temannya menimba ilmu. Sudah hampir empat tahun mereka belajar bukan di ruang kelas seperti anak-anak lainnya, melainkan di lantai rumah bedeng yang disewa sekolah.
Haifa adalah murid kelas IV di SD Tahfidzul Quran Masyruriyah, Ciranjang, Kabupaten Cianjur.
Ia duduk bersila di atas lantai, menulis di bangku kecil tanpa meja. Di ruangan sempit itu, ia berbagi tempat dengan belasan teman sekelasnya.
Tidak ada papan tulis permanen, tidak ada sirkulasi udara yang layak, hanya semangat yang tak padam untuk terus belajar. "Belajarnya di sini, sudah mau empat tahun. Sekolah tidak punya kelas yang banyak," ujar Haifa, Kamis (15/5/2025), sambil menatap ke arah jendela kecil yang hanya dibatasi kain tipis. Sekolah tempat Haifa menuntut ilmu sebenarnya hanya memiliki dua ruang kelas permanen. Sementara jumlah rombongan belajar sudah mencapai lima kelas. Maka, sekolah terpaksa menyewa enam unit bedeng yang dijadikan tiga ruang kelas darurat.
Bangunan-bangunan ini berdempetan dengan rumah warga di kawasan padat penduduk, tak jauh dari pasar dan jalan utama. Saat istirahat, Haifa dan teman-temannya berlarian di gang bedeng. Tak ada lapangan, hanya lorong sempit yang mereka sulap jadi arena bermain. [Arifin/Kompas.Com]
0 Comments