CIANJUR NEWS - Kecamatan Bojongpicung di Kabupaten Cianjur menyimpan banyak bangunan zaman kolonial, salah satunya Bendungan Cisuru. Meskipun bukan bendungan terbesar, namun keberadaannya memiliki manfaat besar untuk sektor pertanian di tiga kecamatan di Kabupaten Cianjur.
Bendungan Cisuru dibangun pada 1897, tepatnya di masa sebelum kemerdekaan atau zaman kolonial Belanda. Meskipun sudah berusia lebih dari 100 tahun, bendungan yang dibangun di aliran Sungai Cisokan ini masih tetap kokoh.
Pintu-pintu air tampak masih berfungsi dengan normal. Air dari sungai ke jaringan irigasi teknis pun mengalir dengan lancar tanpa kendala.
Di sekitaran kawasan tersebut juga terdapat taman untuk pengunjung bisa bersantai dan menikmati pemandangan alam yang indah di kawasan Bendungan Cisuru.
Bendungan ini juga memiliki keunikan, dimana terdapat terdapat terowongan air yang panjangnya sekitar 1 kilometer. Terowongan yang menembus perbukitan di kawasan perkebunan dan hutan ini menjadi saluran air dari sungai menuju jaringan irigasi.
"Bendungan ini merupakan peninggalan zaman kolonial. Salah satu bangunan heritage di sini. Bahkan sampai sekarang kondisinya terjaga," ungkap Camat Bojongpicung Aziz Muslim, belum lama ini.
Menurut dia, bendungan ini memiliki peranan penting dalam sektor pertanian, sebab keberadaannya membuat 5 ribu hektare lebih lahan pertanian di tiga kecamatan, yakni Bojongpicung, Ciranjang, dan Haurwangi bisa teraliri.
"Bendungan ini mengubah lahan di tiga kecamatan, terutama Bojongpicung, menjadi kawasan pertanian. Air dari sungai dialihkan dan dialirkan ke saluran irigasi teknis. Sehingga sawah tak pernah kekeringan meski musim kemarau dan musim tanam pun bisa sampai tiga kali dalam setahun," kata Aziz.
Dia mengatakan, setiap tahunnya kerap digelar kegiatan bersih-bersih terowongan air, dimana beragam budaya dan ritual dilakukan sebelum kegiatan.
"Memang masih ada ritual yang dijaga sebagai keanekaragaman budaya yang dijaga. Momen bersih-bersih seringkali dijadikan agenda rutin menarik wisatawan, meskipun sempat terhenti di masa pandemi COVID-19. Rencananya akan digelar lagi secara meriah untuk mendatangkan wisatawan," jelasnya.
Aziz menambahkan, pihaknya juga tengah berkoordinasi dengan BBWS Citarum dan Perhutani agar kawasan tersebut bisa dikelola sebagai destinasi wisata lokal.
"Kami akan jadikan wisata lokal bernuansa sejarah dengan bangunan heritagenya. Kami tempuh dulu administrasinya sehingga nanti pengelolaan bisa maksimal," pungkasnya. [Arifin/Detik.Com]
0 Comments