Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Cianjur, dr. Yusman Faisal menjelaskan, saat ini pihaknya masih mencari informasi terkait kandungan tanaman betadine. Menurutnya tanaman tersebut kurang populer dan di Cianjur belum ada penelitian terkait tanaman tersebut.
“Kita sedang berupaya mencari informasi meski minim informasi terkait tanaman betadine. Selama ini kita berkaitannya dengan obat-obatan kimia medis. Tapi sudah bisa dipastikan, tamanan itu tidak mengandung senyawa seperti narkotik,“ ujarnya saat dihubungi beritacianjur.com, Senin (10/2/2025).
Sementara itu, dilansir dari socfindoconservation, kami merangkum tentang penyeberan tamanam sekaligus khasiat dari tanaman betadine yang saat ini menjadi buah bibir masyarakat Cianjur.
Taman betadine yang memiliki nama latin jatropha multifida L ini berasal dari Karibia, Trinidad, Kuba, selatan Amerika Utara, Meksiko. Tanaman ini sering ditanam sebagai pagar tanaman yang diperkenalkan sejak lama sebagai tanaman hias ke daerah tropis
Masyarakat di Indonesia, berdasarkan pengalaman secara turun temurun, kerap menggunakan tanaman tersebut untuk menyembuhkan luka baru. Kebiasaan itulah yang akhirnya dikenal sebagai tanaman betadine.
Bahkan bagian batang tanaman betadine ini pernah diteliti, khasiat penyembuhan lukanya memiliki kesetaraan efektif dengan providone iodine 10% atau agen antiseptik. Penelitian lainnya, mampu mengkoagulasi (proses penggumpalan partikel koloid, red) darah. Tak hanya itu, ekstrak etanol batang tanaman betadine bisa menghambat pertumbuhan salmonella typhi atau bakteri yang menyebabkan demam tifoid atau tipes.
Masih banyak lagi khasiat lainnya, antara lain sebagai pencahar dan emetik, mengobati gangguan pencernaan dan kolik, sebagai tonik, orkitis (peradangan testis), obat edema, kudis, luka dan bisul, emeto-katarsis, pengobatan sariawan, demam, cacingan dan kencing nanah, infeksi kulit, menghentikan pendarahan luar, abortifacient, pengobatan nyeri, infeksi, kondisi peradangan serta tumor.
Dalam tanaman betadine ini disebut memiliki kandungan bahan kimia, antara lain senyawa alkaloid, tanin, glikosida, saponin, flavonoid, fenol, flavon apigenin, acacetin, luteolin, asam fenolik seperti vanilat, siring, asam p-OH-benzoat, melilotic, cis- dan trans-ferulat; p-kumarat dan asam klorida, tanin, proantosianidin, dan glycoflavon.
Nama lokal dan istilah terkait tanaman betadine berbeda-beda di tiap daerah. Di tanah Sunda dikenal dengan istilah jarak gurita. Di Jawa kerap disebut jarak tintir dan jarak cina. Di Ternate disebut balacal batai. Sedangkan di Bengkulu disebut pohon yodium.
Diberitakan sebelumnya, sebanyak 5 orang anak di Kampung Curug, RT 02/RW 01, Desa Hegarmanah, Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur mengalami keracunan usai memakan tanaman buah betadine.
Akibatnya, dari total 5 anak yang memakan tanaman betadine tersebut, 3 di antaranya harus dirujuk ke RSUD Sayang Cianjur.
Kapolsek Bojongpicung, AKP Eriyanto mengatakan, kejadian bermula ketika kelima anak yakni I (8), Y (7), A (9), RN (5), dan F (7) tengah bermain layaknya anak-anak pada umumnya di salah satu rumah milik warga.
“Berawal dari candaan tiba-tiba mereka tanpa alasan yang jelas mengkonsumi tanaman betadine. Tidak lama kemudian mereka mengalami gejala keracunan,” ujar Eriyanto kepada wartawan, Senin (10/2/2025)
Menurutnya, kelima anak tersebut merasakan sesak nafas, mual, hingga muntah-muntah usai memakan tanaman buah betadine.(Naila/BeritaCianjur)
0 Comments